HARI PERMUNAS
Hari Perumahan Nasional yang jatuh saban 25 Agustus menjadi
momen untuk mengingat kembali tantangan pembangunan perumahan nasional yang
dicanangkan pada 1950 silam oleh wakil presiden saat itu, Mohammad Hatta.
Menurut Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Maurin Sitorus, saat ini tantangan di bidang perumahan masih cukup besar.
Terkait data backlog (kekurangan kebutuhan) rumah di Indonesia, berpegang pada data statistik, dia menjelaskan, terdapat backlog sekitar 13,5 juta dari sisi kepemilikan.
"Saat ini sebanyak 7,6 juta warga Indonesia masih belum memiliki tempat tinggal sendiri, dan terdapat 3,4 juta unit rumah yang tidak layak huni," kata dia, dalam temu media, di Pusat Media Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat.
Lebih dari itu, Sitorus mengatakan, terdapat 38 ribu hektar daerah kumuh. Hal tersebut diperburuk dengan struktur masyarakat saat ini yang menurut dia tingkat golongan masyarakat miskin masih relatif besar.
Oleh karena itu, untuk meneruskan perjuangan pembangunan perumahan nasional tersebut, pemerintah membuat program rencana pembangunan jangka menengah nasional.
"Dalam kurun lima tahun pemerintah akan membangun 900.000 rumah umum tapak dan susun. Untuk KPR swadaya 450.000, rusunawa 550.000, rumah khusus 50.000, bantuan sejumlah pemangunan baru 250.000, untuk peningkatan rumah tidak layak huni 1,5 juta," ujar Maurin.
Tidak cukup dengan itu, pemerintah mencanangkan program Sejuta Rumah.
"Walaupun kita lihat angka ini sangat besar tapi tidak cukup, oleh kerana itu pemerintah mencanangkan Program Sejuta Rumah. Dalam kurun waktu kepemimpinan Jokowi-JK setiap tahun akan dibangun 1 juta rumah," kata Maurin.
"Tahun 2015 sekitar 600.000 unit untuk MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dan sisanya untuk komersial. Kami perkirakan untuk 2016 akan 700.000 MBR dan 300 Non-MBR, namun ini masih dapat berubah," sambung dia.
Lebih lanjut, Sitorus mengatakan, pemerintah optimistis dapat mewujudkan program sejuta rumah untuk rakyat. Pasalnya, menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan, Syarif Burhanuddin, belum setengah tahun berjalan, pemerintah telah menyelesaikan hampir setengah juta unit rumah.
"Laporan tadi malam 472.495 rumah, ada kenaikan hampir 100.000 lebih dalam waktu dua minggu," ujar Burhanuddin, yang juga hadir dalam kesempatan tersebut.
"Kalau kita lihat peluncurannya pada 29 April 2015, di Ungaran, Jawa Tengah, angka ini sudah memberikan gambaran yang sangat optimis. Sekarang ini sudah hampir setegahnya, sementara perjalanannya belum sampai setengah," lanjut dia.
Sehingga pada akhir tahun, Syarif optimis angka satu juta dapat tercapai. Lebih dari itu, dia berharap, Program Sejuta Rumah dapat diwujudkan dengan angka yang melebihi nama programnya.
"Bukan angka yang pas 1 juta rumah, kami berharap lebih dari 1 juta rumah karena sesugguhnya konsep awal yang diinginkan pemerintah sebenarnya 2 juta, 1 juta MBR, 1 juta non MBR, tapi kami berupaya realistis. 1 juta cukup 600 MBR dan 400 non-MBR," kata dia
"Akhir tahun angka satu juta dapat tercapai, bukan hanya sekedar konsep, tapi memang bisa dirasakan dan nikmati oleh masyarakat," tambah dia
Menurut Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Maurin Sitorus, saat ini tantangan di bidang perumahan masih cukup besar.
Terkait data backlog (kekurangan kebutuhan) rumah di Indonesia, berpegang pada data statistik, dia menjelaskan, terdapat backlog sekitar 13,5 juta dari sisi kepemilikan.
"Saat ini sebanyak 7,6 juta warga Indonesia masih belum memiliki tempat tinggal sendiri, dan terdapat 3,4 juta unit rumah yang tidak layak huni," kata dia, dalam temu media, di Pusat Media Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat.
Lebih dari itu, Sitorus mengatakan, terdapat 38 ribu hektar daerah kumuh. Hal tersebut diperburuk dengan struktur masyarakat saat ini yang menurut dia tingkat golongan masyarakat miskin masih relatif besar.
Oleh karena itu, untuk meneruskan perjuangan pembangunan perumahan nasional tersebut, pemerintah membuat program rencana pembangunan jangka menengah nasional.
"Dalam kurun lima tahun pemerintah akan membangun 900.000 rumah umum tapak dan susun. Untuk KPR swadaya 450.000, rusunawa 550.000, rumah khusus 50.000, bantuan sejumlah pemangunan baru 250.000, untuk peningkatan rumah tidak layak huni 1,5 juta," ujar Maurin.
Tidak cukup dengan itu, pemerintah mencanangkan program Sejuta Rumah.
"Walaupun kita lihat angka ini sangat besar tapi tidak cukup, oleh kerana itu pemerintah mencanangkan Program Sejuta Rumah. Dalam kurun waktu kepemimpinan Jokowi-JK setiap tahun akan dibangun 1 juta rumah," kata Maurin.
"Tahun 2015 sekitar 600.000 unit untuk MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dan sisanya untuk komersial. Kami perkirakan untuk 2016 akan 700.000 MBR dan 300 Non-MBR, namun ini masih dapat berubah," sambung dia.
Lebih lanjut, Sitorus mengatakan, pemerintah optimistis dapat mewujudkan program sejuta rumah untuk rakyat. Pasalnya, menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan, Syarif Burhanuddin, belum setengah tahun berjalan, pemerintah telah menyelesaikan hampir setengah juta unit rumah.
"Laporan tadi malam 472.495 rumah, ada kenaikan hampir 100.000 lebih dalam waktu dua minggu," ujar Burhanuddin, yang juga hadir dalam kesempatan tersebut.
"Kalau kita lihat peluncurannya pada 29 April 2015, di Ungaran, Jawa Tengah, angka ini sudah memberikan gambaran yang sangat optimis. Sekarang ini sudah hampir setegahnya, sementara perjalanannya belum sampai setengah," lanjut dia.
Sehingga pada akhir tahun, Syarif optimis angka satu juta dapat tercapai. Lebih dari itu, dia berharap, Program Sejuta Rumah dapat diwujudkan dengan angka yang melebihi nama programnya.
"Bukan angka yang pas 1 juta rumah, kami berharap lebih dari 1 juta rumah karena sesugguhnya konsep awal yang diinginkan pemerintah sebenarnya 2 juta, 1 juta MBR, 1 juta non MBR, tapi kami berupaya realistis. 1 juta cukup 600 MBR dan 400 non-MBR," kata dia
"Akhir tahun angka satu juta dapat tercapai, bukan hanya sekedar konsep, tapi memang bisa dirasakan dan nikmati oleh masyarakat," tambah dia
0 komentar:
Posting Komentar